Di tengah berita semarak mengenai ribuan startup teknologi yang bermunculan, menandakan gairah wirausaha di sektor yang tengah naik daun di Indonesia ini, kita mendengar keluarga para konglomerat pun tak mau kalah.
Beberapa keluarga mengutus generasi kedua dan ketiga keluarga super kaya itu untuk menjajaki startup teknologi sebagai pilihan bisnis yang mungkin menjanjikan ke depan. Wajar, mengingat generasi pertama itu tentu merasa asing dengan dunia baru yang benar-benar tunggang langgang di dekade terakhir ini, dengan perkembangan bisnis yang ditopang inovasi teknologi.
Tak semua berhasil memiliki generasi penerus yang berminat untuk diutus ke samudra baru ini. Namun tak sedikit keluarga yang menemukan pewaris, anak-anak muda millenial yang besar sebagai ‘digital native’ dan terekspos industri digital dan teknologi karena sekolah di luar negeri.
Di satu sisi, ada kesadaran bahwa bisnis tradisional keluarga mungkin tak lagi ‘sexy’ dan bahkan sekarat karena dunia yang berubah, seperti misalnya bisnis rokok atau komoditas yang tengah ‘suffer-suffer’nya, bahasa anak-anak zaman sekarang. Menurut hitungan bisnis, mereka melihat tak ada salahnya berinvestasi ke masa depan, yaitu startup teknologi.
Memang, startup teknologi mungkin pilihan yang paling berisiko sekarang ini karena tingkat mortalitasnya sangat tinggi. Namun, bisnis ini tidak seperti awal dekade lalu, tidak lagi bisnis yang mahal dari sisi investasi. Teknologi komputasi awan dan temuan-temuan bahasa aplikasi yang baru, salah satunya, yang membuat kemungkinan-kemungkinan bisnis baru yang tak terbatas dan terjangkau. Singkatnya, risikonya relatif tidak terlampau besar.
Belum lagi, kekuatan modal dan jaringan untuk memastikan pendanaan mungkin tetap menjadi senjata andalan bagi para pangeran dan putri pewaris tahta konglomerasi itu untuk beberapa langkah di depan startup lain yang dirintis dari awal secara bootstrap.
Nah, menarik mengamati keluarga-keluarga yang kekayaannya yang fantastis membuat mereka layak dicatat di daftar Forbes mulai masuk gelanggang kompetisi startup teknologi di Indonesia.
Siapa saja mereka? (Urutan bukan menunjukkan tingkatan apapun)
#Grup Mahaka Media
Pemilik klub sepakbola Inter Milan Erick Thohir ini bersama Garibaldi Thohir memiliki Mahaka Media yang membawahi juga salah satu portal penjualan tiket konser dan olahraga terbesar di Indonesia, rajakarcis.com
Langganan tempat pertama orang terkaya di Indonesia dengan pundi-pundi Rp175 trilyun, keluarga Budi Hartono yang dibesarkan dari industri rokok melirik ke usaha lainnya dari bank (Bank Central Asia) hingga properti. Anak Budi, Martin Hartono, telah mendirikan perusahaan investasi teknologi Global Digital Prima (GDP) Venture. GDP Venture ada di balik investasi besar untuk pembelian forum online Kaskus dan situs e-commerce BliBli. Baru-baru ini, Merah Putih, yang menjadi inkubator teknologi digital pertama di Indonesia yang juga berada di bawah GDP Venture, telah berinvestasi di startup seperti Infokost, Bolalob, Mindtalk, DailySocial, Kincir, dan Opini.
# Grup Mayapada
Dari keluarga Dato Tahir, Grace Tahir beserta saudaranya lainya menjadi angel investor yang aktif. Grace juga menjadi pendiri dari Dokter.id selain bank milik keluarga Tahir, Bank Mayapada, juga berpartner strategis dengan startup financial technology ibox dari Rusia.
Dibangun oleh wartawan Jakob Oetama, konglomerasi media terbesar di Indonesia ini mempunyai menjajal dunia digital melalui inkubator teknologinya Skystar Ventures yang digawangi sang cucu, Geraldine Oetama. Skystar Ventures merupakan bagian dari Universitas Multimedia Nusantara. Sebelumnya, KKG yang memiliki lusinan usaha majalah, koran dan televisi, pernah berinvestasi di Apps Foundry, perusahaan penyedia layanan platform berita Scoop.
#Grup Blue Bird
Di bulan Oktober lalu, keluarga yang tenar dengan bisnis taksi Blue Bird, Djokosoetono, diwakili Indra Priawan Djokosoetono, berinvestasi ke situs gaya hidup pria Maskoolin. Maskoolin sendiri sebelumnya menikmati permodalan dari Grupara milik Medco Group.
#Grup Ciputra
Dari usaha tradisionalnya di sektor properti, keluarga Ciputra, diwakili oleh Junita Ciputra, memang tidak secara publik berinvestasi secara langsung ke startup teknologi, namun GEPI inkubator Ciputra memiliki ruang kerja bersama (co-working space) yang menjadi ajang kumpul komunitas. GEPI juga disebut-sebut memberi akses mentoring dan permodalan bagi startup teknologi.
#Grup Astra
Grup Astra lewat anak perusahaannya Astra Graphia baru-baru ini menyuntikkan dana sebesar Rp50 milyar untuk mengembangkan lini e-commerce Axiqoe.com.
# Grup Bakrie
Grup Bakrie merambah bisnis media online dengan Vivanews.com. Group juga menjadi investor utama pada pembelian jejaring sosial Path pada Januari 2014 dengan nilai seri C US$25 juta. Sekarang ini, Group Bakrie juga menjadi partner terbatas dengan perusahaan modal ventura Convergence Ventures.
#Grup MNC
MNC Investama (Grup MNC) milik keluarga media tsar Hary Tanoesoedibjo. Pada tahun 2013, MNC membentuk perusahaan ventur bersama Tencent dari Tiongkok, dinamakan MNC Tencent. Sayangnya, sampai saat ini belum ada kabar berarti terkait kelanjutan ventura ini.
#MedcoEnergi
MedcoEnergi mendukung modal ventura Grupara VC pada tahun 2013. Mulanya perusahaan itu berinvestasi di startup teknologi seperti Lolabox yang sudah ‘almarhum’ dan situs fashion bagi pria Maskoolin yang baru-baru ini juga memperoleh suntikan dana segar.
#Grup Emtek
Keluarga Eddy Kusnadi Sariatmadja pemilik bisnis berbendera PT Elang Mahkota Teknologi ( Emtek) yang menguasai dunia pertelevisian nusantara melalui kepemilikan di SCTV, Indosiar, setelah mengembangkan sayap dari bisnis jual beli PC yang membesarkan usahanya.
Emtek menjalankan aktivitasnya terkait startup teknologi melalui anak perusahaannya KMKLabs. Namun, Emtek juga berinvestasi di beberapa startup seperti situs e-commerce Bobobobo, marketplace Bukalapak, toko fashion Muslim HijUp, portal jual beli rumah Rumah.com dan ecommerce Kudo.
#Grup Lippo
Menguasai bisnis dari rumah sakit, bank, properti, retail hingga tempat pemakaman, Group Lippo mencoba mengulangi usaha yang gagal di awal 2000 ketika menjajaki e-commerce yang belum berkembang saat itu melalui Lipposhop. Diwakili oleh John Riadi, Baru-baru ini, Lippo meluncurkan perusahaan e-commerce MatahariMall.com dengan ambisi meruntuhkan dominasi e-commerce Lazada besutan Rocket Internet.
# Group Sinar Mas
Keluarga konglomerat terkaya kedua Indonesia, Eka Tjipta Widjaja yang dikabarkan memiliki kekayaan sebesar $5,8 milyar dolar Amerika atau setara dengan Rp80,6 trilyun baru-baru ini membuat lini usaha modal ventura Sinar Mas Digital Ventures (SMDV) yang melakukan investasi di banyak startup seperti aCommerce, Female Daily Network, GiftCard Indonesia, Cantik, dan HappyFresh.