Setelah raksasa mesin pencari Google mengumumkan pada
tanggal 21 April yang lalu tentang
perubahan algoritma mesin pencarinya menjadi lebih memprioritaskan konten yang
berjalan pada platform yang bersahabat terhadap mobile, maka suka tidak suka,
mau tidak mau, semua developer website harus menataulang situs mereka kalau
tidak mau tiba-tiba kehilangan sumber lalu lintas pengunjung secara signifikan.
‘Mobilegeddon’, demikian julukan untuk berita mengenai
perubahan algoritma itu, merujuk pada Armageddon, semacam kiamat bagi 40 persen
situs paling populer di dunia digital saat ini. Konon, beberapa situs top dunia tiba-tiba hilang dari mesin pencari Google. Traffic pengakses juga hilang secara signifikan.
Memang, jarang-jarang Google mengumumkan secara terbuka
tentang rahasia resep dapur algoritma mereka dan para profesional di bidang
optimalisasi mesin pencari (Search Engine Optimization) biasanya tebak-tebak
buah manggis, mencoba menyusun puzzle dari berbagai algoritma Google yang
terkenal kompleks , detil dan rigid. Karena itu, pengumuman yang tak biasa itu
tentu bocoran yang penting dan layak disimak.
Kata orang, alasan perubahan algoritma Google itu didasarkan pada hasil survei
yang dirilis dalam Google Consumer Report dimana 66 responden melakukan
pembelian melalui perangkat mobile. Seperti sudah dikenal sekian lama, Google ingin sebaik mungkin memberikan hasil pencarian yang relevan dan bermutu dari situs-situs yang dia anggap terpercaya, otoritatif, dan menjadi rujukan dari banyak situs lain, terutama secara mobile.
Bagaimana dengan Indonesia?
Mungkin para pemilik website di Indonesia menikmati perkembangan situasi tersebut karena gap digital yang dialami akibat rendahnya penetrasi internet di Indonesia justru menempatkan Indonesia dalam posisi dikecualikan dari dampak perubahan algoritma. Bagi pemain di Indonesia, update algoritma itu sepertinya
tidak terlalu mempengaruhi website tanah air yang memang banyak dirancang untuk
penetrasi mobile, mengingat penetrasi mobile di Indonesia lebih tinggi daripada
broadband, atau pita lebar. Mobile-first, begitu pengguna internet Indonesia, sering dilabeli untuk menunjuk para penikmat internet yang mengakses via mobile. Fakta itu diperkuat dengan data keluaran Asosiasi Penyedia Jaringan Internet Indonesia tahun
2012 menunjukkan bahwa 65 persen pemakai internet mengakses melalui piranti mobile
mereka. Tak heran banyak developer
langsung membangun situs mereka agar bersahabat dengan mobile sejak awal.
Bahkan beberapa berprioritas mengembangkan aplikasi mobile ketimbang versi
desktopnya.
Meskipun demikian ada baiknya tetap menyimak perubahan algoritma itu karena beberapa website benar-benar tidak disiapkan untuk itu, seperti website sebuah portal berita kenamaan di Indonesia. Sungguh amat disayangkan!
Apakah situs Anda sudah bersahabat dengan mobile?
Portal informasi teknologi Venturebeat.com memberi nasehat berikut buat
para webmaster agar situs mereka kalis dari risiko “Mobilegeddon”.
Pertama, pemakaian piranti lunak yang tidak bersahabat
dengan mobile seperti Flash keluaran Adobe mungkin perlu dihindari.
Kedua, ukuran dan layout konten sejak awal disesuaikan
dengan kebutuhan layar mobile yang kecil.
Tentu ukuran huruf atau font juga harus diperhatikan supaya
jangan terlampau kecil sehingga susah dibaca.
Situs Anda mobile-friendly atau tidak?
Jika Anda ragu, periksakanlah situs Anda dengan mobile friendly test keluaran Google berikut:
Untunglah, situs saya ini sudah lolos tes Google, karena memang sudah dari sononya disediakan oleh Blogger.com!