Apa yang membuat ide, produk, berita lebih populer dibanding yang lain? Para pakar marketing telah muncul dengan berbagai macam jawaban.
Ada yang mendekati dengan mengeksplorasi indera manusia yang ketujuh: kemampuan manusia untuk takjub. Sesuatu menjadi populer karena berhasil membetot perhatian khalayak karena menakjubkan, mencengangkan, membuat berdecak "Wow". Rasa-rasanya kompetisi pencarian bakat "the X factor" berangkat dari pendekatan ini karena tidak berhasil menamai faktor yang membangkitkan rasa takjub itu.
Akhir-akhir ini, sering juga kita dengar orang menunjuk pada faktor 'unik', 'asli', 'original', sebagai faktor yang membuat sesuatu lebih populer. Youtube bisa menjadi pasar untuk segala bentuk upaya orang untuk mencoba berebut popularitas dengan mencoba menjadi berbeda dengan yang lain. Lalu ditambahkan bumbu: 'menarik', 'disukai pasar', 'bersahabat dengan selera konsumen', untuk mencoba meramu resep popularitas.
Profesor marketing dari Universitas Wharton, Jonah Berger, melalui bukunya yang berjudul Contagious (Menular) mencoba mencari jawaban atas pertanyaan di atas melalui berbagai pengamatan, eksperimen sosial dan akhirnya merumuskan formula rahasia: STEPPS, sebuah jembatan keledai dan akronim dari Social Currency, Emotion, Public, Practical Values, Story. Popularitas bisa diciptakan dan direkaulang dengan memperhatikan 6 formula di atas. Formula itu menjadi landasan prinsip word of mouth atau 'getok tular', prinsip klasik yang mendapatkan nilai pentingnya kembali di era digital dan sosial media yang membuat para marketer gamang, apa metode, taktik, strategi pemasaran yang paling ampuh sekarang ini.
Ide dasar Contagious sederhana: apa yang menjadi motivasi dan mekanisme yang mendorong orang dengan rela hati bersusah-susah membagikan kisah tertentu, dan membuat kisah populer dan menjadi trend yang terkadang tak lagi sesaat tetapi bahkan berdampak lebih panjang dan memicu trend seperti musim yang terus datang pada saatnya.
Keenam formula di atas tidak serta merta harus semuanya ada, tetapi semakin banyak semakin bagus untuk meningkatkan nilai ide agar layak dibagikan (oleh orang lain). Ide yang terus menerus mengingatkan orang akan sesuatu, yang membangkitkan emosi tertentu, akan ide yang gampang dibagikan sekaligus memuat informasi yang bermanfaat bagi pribadi ataupun khalayak ramai, dan semua dibungkus dalam sebuah kisah yang mencengkeram perhatian.
Ide di atas, katanya, melengkapi ide yang ditulis dalam buku klasik lain The Tipping Point dari Malcolm Gladwell dan "Made to Stick" dari Chip Heath dan Dan Heath.
Rasa-rasanya, ide Contagious cukup mendekati jawaban dari pertanyaan apa resep dari popularitas, meskipun prakteknya jauh dari sederhana, rumit dan sulit.
image credit: antaranews.com
Ada yang mendekati dengan mengeksplorasi indera manusia yang ketujuh: kemampuan manusia untuk takjub. Sesuatu menjadi populer karena berhasil membetot perhatian khalayak karena menakjubkan, mencengangkan, membuat berdecak "Wow". Rasa-rasanya kompetisi pencarian bakat "the X factor" berangkat dari pendekatan ini karena tidak berhasil menamai faktor yang membangkitkan rasa takjub itu.
Akhir-akhir ini, sering juga kita dengar orang menunjuk pada faktor 'unik', 'asli', 'original', sebagai faktor yang membuat sesuatu lebih populer. Youtube bisa menjadi pasar untuk segala bentuk upaya orang untuk mencoba berebut popularitas dengan mencoba menjadi berbeda dengan yang lain. Lalu ditambahkan bumbu: 'menarik', 'disukai pasar', 'bersahabat dengan selera konsumen', untuk mencoba meramu resep popularitas.
Profesor marketing dari Universitas Wharton, Jonah Berger, melalui bukunya yang berjudul Contagious (Menular) mencoba mencari jawaban atas pertanyaan di atas melalui berbagai pengamatan, eksperimen sosial dan akhirnya merumuskan formula rahasia: STEPPS, sebuah jembatan keledai dan akronim dari Social Currency, Emotion, Public, Practical Values, Story. Popularitas bisa diciptakan dan direkaulang dengan memperhatikan 6 formula di atas. Formula itu menjadi landasan prinsip word of mouth atau 'getok tular', prinsip klasik yang mendapatkan nilai pentingnya kembali di era digital dan sosial media yang membuat para marketer gamang, apa metode, taktik, strategi pemasaran yang paling ampuh sekarang ini.
Ide dasar Contagious sederhana: apa yang menjadi motivasi dan mekanisme yang mendorong orang dengan rela hati bersusah-susah membagikan kisah tertentu, dan membuat kisah populer dan menjadi trend yang terkadang tak lagi sesaat tetapi bahkan berdampak lebih panjang dan memicu trend seperti musim yang terus datang pada saatnya.
Keenam formula di atas tidak serta merta harus semuanya ada, tetapi semakin banyak semakin bagus untuk meningkatkan nilai ide agar layak dibagikan (oleh orang lain). Ide yang terus menerus mengingatkan orang akan sesuatu, yang membangkitkan emosi tertentu, akan ide yang gampang dibagikan sekaligus memuat informasi yang bermanfaat bagi pribadi ataupun khalayak ramai, dan semua dibungkus dalam sebuah kisah yang mencengkeram perhatian.
Ide di atas, katanya, melengkapi ide yang ditulis dalam buku klasik lain The Tipping Point dari Malcolm Gladwell dan "Made to Stick" dari Chip Heath dan Dan Heath.
Rasa-rasanya, ide Contagious cukup mendekati jawaban dari pertanyaan apa resep dari popularitas, meskipun prakteknya jauh dari sederhana, rumit dan sulit.
image credit: antaranews.com