Menurut data terbaru yang dirilis oleh raksasa mesin pencari Google, saat ini sekitar 3 miliar populasi dunia memilik akses Internet melalui berbagai jenis gadget atau gawai. Sayangnya, hanya 1 miliar penduduk menggunakan platform Android secara aktif, meskipun jumlah tersebut tumbuh secara eksponensial setiap tahunnya, hingga 500 juta pada tahun 2014.
Indonesia pun masuk dalam 5 besar pengguna layanan Internet di dunia, dengan total pengguna 70 juta. Kebanyakan pengguna menjelajah Internet melalui telepon pintar. Ada pergeseran dari penggunaan sebelumnya melalui PC atau komputer personal.
Dengan demikian, waktu dan lokasi akses Internet menjadi nisbi karena akses Internet sudah menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari, kapan pun di mana pun, bagi berbagai kalangan, tanpa peduli usia. Ada yang memakai Internet untuk mencari informasi sekolah, kuliah dan pekerjaan; ada yang mengakses untuk mempelajari hal-hal yang tidak ada di sekolah formal. Bahkan ada yang memanfaatkannya untuk menjalankan bisnis, baik itu menjual jasa dan produk secara lebih murah, efisien serta menjangkau lebih banyak orang.
Malam tidak ada lagi di jagat maya karena toko tak pernah tutup, transaksi tidak kenal jam kerja. Yang ada hanya: selalu buka, selalu aktif.
Sayangnya, dari 7,1 miliar total populasi manusia di planet ini, sebagian besar 4 miliar tidak begitu beruntung menikmati akses Internet. Entah karena kendala infrastruktur jaringan, piranti yang ketinggalan zaman, maupun harga gadget, mereka tidak dapat mengakses Internet secara leluasa. Bahkan, sekitar 5 miliar orang hanya dapat memanfaatkan gadget mereka (terutama telepon pintar) secara minimal untuk mengirim pesan singkat dan menelpon.
Karena itu, ruang tumbuh masih untuk melek Internet masih terbuka sangat luas. Masa depan umat manusia, setidaknya untuk beberapa penggiat Internet, akan banyak ditentukan oleh tingkat keterhubungan atau konektivitas masyarakat melalui Internet.
Sumber: Wawancara VP Product Management Google Caesar Sengupta oleh kompas 3 Maret 2015.