Dalam pidato pertamanya, Presiden Jokowi memberi roh kembali banyak pemikiran yang digagas oleh para founding -fathers, utamanya presiden Indonesia pertama Sukarno.
Kata gotong royong disebut sebanyak 4 kali dalam pidato 6 menit, 33 detik yang bersejarah di depan wakil rakyat, menyiratkan pentingnya makna gotong royong.
Secara khusus, saya mencari buku Sukarno di rak dan menemukan kata gotong royong itu dalam buku Cindy Adams: Bung Karno, Penjambung Lidah Rakyat Indonesia. Di situ Bung Karno menjabarkan secara sederhana makna 'gotong royong' dengan sederhana dan tepat.
"Gotong royong sudah mendarah daging dalam jiwa kami, bangsa Indonesia.
Dalam masyarakat yang asli kami tidak mengenal kerja dengan upah. Manakala harus dilakukan pekerjaan yang berat, setiap orang turut membantu. Engkau perlu mendirikan rumah? Baik, akan kubawakan batu tembok; kawanku membawa semen. Kami berdua membantumu mendirikannya. Itulah gotong royong. Setiap orang turun tangan. Ada tamu di rumahmu akhir akhir ini? Baik, jangan kuatir, akan kuantarkan kue ke rumahmu secara diam-diam melalui jalan belakang. Atau beras. Atau nasi goreng. Itulah gotong royong. Bantu membantu."
Indah, bukan?