Sampah adalah konsekuensi logis masyarakat konsumen yang ditopang sistem produksi untuk memastikan mitos keberlimpahan produksi atas nama pemenuhan kebutuhan konsumen, begitu kata filsuf Prancis Jean Baudrillard.
Maka dari itu urusan sampah itu inheren dalam masyarakat yang makin konsumtif. Produk yang berlimpah pasti tak habis dikonsumsi, serakus apapun masyarakat menghabiskannya. Sisanya bisa didaur ulang, tetapi sebagian besar jadi gunungan sampah. Pertanyaannya harus dikemanakan dan dibagaimanakan sampah itu?
Megapolis Jakarta memproduksi lebih dari 6.000 ton sampah setiap hari. Itu angka yang pernah beredar di awal dekade 2000an. Pasti sekarang harusnya jauh lebih besar.
Sebagian besar sampah-sampah ini berujung di tepi jalanan, sungai Ciliwung dan, akhirnya, di laut.
Dimulai sejak tahun lalu, beberapa komunitas di Jakarta bergotong royong melakukan aksi ‘bersih-bersih’ dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa kebersihan kota adalah tanggung jawab semua warga. Acara yang diberi nama
Clean Up Jakarta Day itu melibatkan juga sekolah-sekolah dan perusahaan-perusahaan.
Tujuan dari Clean Up Jakarta Day adalah untuk meningkatkan kewaspadaan dan kepekaan terhadap bahaya dari pembuangan sampah sembarangan dan pentingnya proses daur ulang – dimulai dari warga, di lingkungan rumah atau pekerjaan. Ujung-ujungnya agar terbentuk masyarakat yang peduli dengan kota nya.
Clean Up Jakarta Day yang pertama telah dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 10 November 2013; lebih dari 1000 orang datang, pagi-pagi buta, untuk memungut sampah dan membersihkan kota Jakarta bersama-sama. Para relawan mengambil dan memilah sampah daur ulang dan non-daur ulang dalam rangka membersihkan 16 lokasi di seluruh kota Jakarta. Hasil akhirnya adalah 6 ton sampah yang terkumpul dalam waktu 2 jam.
Clean up Jakarta tahun ini diselenggarakan pada tanggal 19 Oktober 2014.. Informasi selengkapnya untuk mendaftar menjadi relawan '2 jam' dapat hubungi: http://cleanupjakartaday.org/id/hubungi-kami/
Kapan kota-kota lain menyusul?
Maka dari itu urusan sampah itu inheren dalam masyarakat yang makin konsumtif. Produk yang berlimpah pasti tak habis dikonsumsi, serakus apapun masyarakat menghabiskannya. Sisanya bisa didaur ulang, tetapi sebagian besar jadi gunungan sampah. Pertanyaannya harus dikemanakan dan dibagaimanakan sampah itu?
Megapolis Jakarta memproduksi lebih dari 6.000 ton sampah setiap hari. Itu angka yang pernah beredar di awal dekade 2000an. Pasti sekarang harusnya jauh lebih besar.
Sebagian besar sampah-sampah ini berujung di tepi jalanan, sungai Ciliwung dan, akhirnya, di laut.
Dimulai sejak tahun lalu, beberapa komunitas di Jakarta bergotong royong melakukan aksi ‘bersih-bersih’ dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa kebersihan kota adalah tanggung jawab semua warga. Acara yang diberi nama
Clean Up Jakarta Day itu melibatkan juga sekolah-sekolah dan perusahaan-perusahaan.
Tujuan dari Clean Up Jakarta Day adalah untuk meningkatkan kewaspadaan dan kepekaan terhadap bahaya dari pembuangan sampah sembarangan dan pentingnya proses daur ulang – dimulai dari warga, di lingkungan rumah atau pekerjaan. Ujung-ujungnya agar terbentuk masyarakat yang peduli dengan kota nya.
Clean Up Jakarta Day yang pertama telah dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 10 November 2013; lebih dari 1000 orang datang, pagi-pagi buta, untuk memungut sampah dan membersihkan kota Jakarta bersama-sama. Para relawan mengambil dan memilah sampah daur ulang dan non-daur ulang dalam rangka membersihkan 16 lokasi di seluruh kota Jakarta. Hasil akhirnya adalah 6 ton sampah yang terkumpul dalam waktu 2 jam.
Clean up Jakarta tahun ini diselenggarakan pada tanggal 19 Oktober 2014.. Informasi selengkapnya untuk mendaftar menjadi relawan '2 jam' dapat hubungi: http://cleanupjakartaday.org/id/hubungi-kami/
Kapan kota-kota lain menyusul?