Meskipun sedikit, iklan yang memang didesain untuk menyentuh lapisan bawah sadar dan emosi konsumen memang suka tidak suka membentuk topografi bawah sadar generasi demi generasi.
Iklan di Era Digital
Di zaman digital ini, para warga pribumi digital (digital native) ber-gen Z terlahir dengan gadget di samping mereka. Gadget/mobiles adalah layar keempat yang disaksikan oleh peradaban umat manusia setelah layar bioskop, TV dan komputer, dan yang paling intim karena melekat kemana pun si manusia pergi dan berada.
Bisa dibayangkan seperti apa iklan yang mengepung, menyergap dan hadir dalam setiap mimpi manusia zaman ini. Jumlahnya tak terhitung dan berebut perhatian. Di rumah, di kantor, di jalan, di mana pun.
Karena itu jika pertanyaan yang sama di awal tulisan ini kita tanyakan pada generasi ini, berapa banyak iklan yang terlihat oleh mereka, tentu jawabannya adalah tak terhitung.
Tantangan dan Peluang bagi Kreator Iklan
Bagi para kreator iklan, peradaban digital ini bisa jadi pedang bermata dua. Pertama, peluang ekonomi menjadi tak terbatas karena medium iklan menjadi semakin tak terbatas dan materi bisa menjadi sangat subtil dan soft selling. Iklan minuman suplemen tidak lagi tampil dengan artis yang selesai olahraga dan minum minuman tersebut tetapi seorang remaja yang mau menyatakan cinta, dan membuatnya kehilangan ion tubuhnya. Absurd, memang!
Belum lagi komodifikasi benda-benda konsumsi baru yang diciptakan. Dua puluh tahun lalu tak dikenal kata halitosis aka bau mulut, lubang nano di gigi, omega 3, pro biotik sang bakteri baik dan berbagai temuan kreativitas lainnya.
Di lain sisi, para kreator iklan dihadapkan pada perebutan perhatian konsumen yang membutuhkan pengalaman WOW karena semakin sering karena semakin pendeknya span perhatian karena gampang terdistraksi dan juga cepat bosan.
Kreativitas Beriklan
Lepas dari itu semua, kudos untuk kreativitas para kreator iklan yang dengan cara mereka selalu menemukan celah untuk menampilkan ide kreatif dan inovatif mereka. Hari ini saya dibuat tersenyum oleh sebuah iklan rokok yang cerdas karena 'menembak' banyak target dengan satu peluru! Di tengah berbagai pembatasan dalam beriklan rokok, toh larangan bisa jadi senjata untuk menyindir dan menohok tentang tidak efektifnya pembatasan sekaligus masih 'sempet sempetnya' menyapa khalayak melalui pop culture yang sedang hype tentang 'kebutuhan untuk eksis' secara jenaka.