Tahukah Anda menurut sebuah survei lembaga konsultasi bisnis 8 dari 10 bisnis di Indonesia berada dalam tahap stagnasi? Artinya, bisnis sejatinya tidak tumbuh, meskipun tampaknya berjalan seperti biasa. Omset perusahaan boleh milyadan per tahun, namun cash flow tak lancar, turn over tim tinggi dan meskipun tidak rugi, keuntungannya pun amat tipis.
Nah, berikut ini adalah 3 gelagat yang bisa dipakai sebagai parameter apakah sebuah unit usaha tumbuh dan berkembang atau stagnan.
1. Profit setidaknya 20 persen hingga 30 persen setiap tahunnya. Bottom line bisnis adalah profit. Memang sering kali, pebisnis berfokus bahwa usaha terus berputar, dengan asumsi untung tipis tidak apa-apa asal bisnis tetap berjalan. Tetapi apa artinya berbisnis jika profit tidak lebih dari minimal 20 persen pertumbuhan per tahun? Pada akhirnya, modal kerja bisa tergerus lama-kelamaan tanpa disadari.
Profitabilitas usaha tercermin dalam hasil/deviden yang dibagikan setiap tahun kepada para pemegang saham. Deviden yang tidak dibagikan selama beberapa tahun berturut-turut, misalnya, bisa menjadi lampu kuning atas pertumbuhan bisnis.
2. Kesinambungan pertumbuhan perusahaan harus ditopang perbaikan terus menerus dari semua lini usaha, baik back office, middle office maupun front line. Pertumbuhan harus tercermin dalam perbaikan sistem di seluruh lini. Ibarat ban mobil, empat empatnya harus merata. Salah satu ban kempes bisa membahayakan seluruh usaha. Demikian pula, sistem yang tidak berjalan, KPI tidak dipatuhi, target tidak tercapai bisa jadi pertanda bahwa sebuah bisnis stagnan.
Kesalahan yang umum terjadi adalah owner bisnis jago dalam bidang tertentu tetapi kurang memiliki skill di area yang lain. Misalnya, ownernya adalah mantan sales yang andal. Di bawah kepemimpinannya, tim sales terus membarui strategi pemasaran dan penjualan. Tapi tanpa disertai perbaikan di tim rekruitmen, tim administrasi, tim keuangan, tim riset, bisa jadi bisnis akan mandek.
Kebocoran anggaran, pengeluaran yang berlebihan, administrasi yang tidak rapi, laporan keuangan yang tidak tepat waktu bisa menghambat pertumbuhan bisnis.
3. Cash flow usaha harus lancar, tidak ada piutang tak tertagih yang terlalu lama. Tidak ada utang usaha yang lewat jatuh tempo pembayaran. Laporan keuangan tepat waktu.
Cash flow yang lancar dapat menjadi bumper ketika hal-hal yang diluar perkiraan terjadi, misalnya, krisis ekonomi, kenaikan BBM, kenaikan harga bahan baku dan lain sebagainya.
***
Lamanya usaha beroperasi bukanlah jaminan mantapnya pertumbuhan usaha. Yang penting adalah bagaimana pebisnis membangun usaha yang dewasa dan mampu bertahan di dalam badai.
Untuk itu, pebisnis perlu juga terus memperluas skill competence di semua lini usaha, membangun jaringan yang kuat melalui lingkungan yang relevan dan mendukung usaha. Jika diperlukan, pebisnis dapat meminta bantuan dari pebisnis lain atau mentor atau konsultan yang dapat membantu mengevaluasi bisnisnya.
* Disarikan dari talkshow radio PAS FM menghadirkan pembicara dari SBC action coach
Nah, berikut ini adalah 3 gelagat yang bisa dipakai sebagai parameter apakah sebuah unit usaha tumbuh dan berkembang atau stagnan.
1. Profit setidaknya 20 persen hingga 30 persen setiap tahunnya. Bottom line bisnis adalah profit. Memang sering kali, pebisnis berfokus bahwa usaha terus berputar, dengan asumsi untung tipis tidak apa-apa asal bisnis tetap berjalan. Tetapi apa artinya berbisnis jika profit tidak lebih dari minimal 20 persen pertumbuhan per tahun? Pada akhirnya, modal kerja bisa tergerus lama-kelamaan tanpa disadari.
Profitabilitas usaha tercermin dalam hasil/deviden yang dibagikan setiap tahun kepada para pemegang saham. Deviden yang tidak dibagikan selama beberapa tahun berturut-turut, misalnya, bisa menjadi lampu kuning atas pertumbuhan bisnis.
2. Kesinambungan pertumbuhan perusahaan harus ditopang perbaikan terus menerus dari semua lini usaha, baik back office, middle office maupun front line. Pertumbuhan harus tercermin dalam perbaikan sistem di seluruh lini. Ibarat ban mobil, empat empatnya harus merata. Salah satu ban kempes bisa membahayakan seluruh usaha. Demikian pula, sistem yang tidak berjalan, KPI tidak dipatuhi, target tidak tercapai bisa jadi pertanda bahwa sebuah bisnis stagnan.
Kesalahan yang umum terjadi adalah owner bisnis jago dalam bidang tertentu tetapi kurang memiliki skill di area yang lain. Misalnya, ownernya adalah mantan sales yang andal. Di bawah kepemimpinannya, tim sales terus membarui strategi pemasaran dan penjualan. Tapi tanpa disertai perbaikan di tim rekruitmen, tim administrasi, tim keuangan, tim riset, bisa jadi bisnis akan mandek.
Kebocoran anggaran, pengeluaran yang berlebihan, administrasi yang tidak rapi, laporan keuangan yang tidak tepat waktu bisa menghambat pertumbuhan bisnis.
3. Cash flow usaha harus lancar, tidak ada piutang tak tertagih yang terlalu lama. Tidak ada utang usaha yang lewat jatuh tempo pembayaran. Laporan keuangan tepat waktu.
Cash flow yang lancar dapat menjadi bumper ketika hal-hal yang diluar perkiraan terjadi, misalnya, krisis ekonomi, kenaikan BBM, kenaikan harga bahan baku dan lain sebagainya.
***
Lamanya usaha beroperasi bukanlah jaminan mantapnya pertumbuhan usaha. Yang penting adalah bagaimana pebisnis membangun usaha yang dewasa dan mampu bertahan di dalam badai.
Untuk itu, pebisnis perlu juga terus memperluas skill competence di semua lini usaha, membangun jaringan yang kuat melalui lingkungan yang relevan dan mendukung usaha. Jika diperlukan, pebisnis dapat meminta bantuan dari pebisnis lain atau mentor atau konsultan yang dapat membantu mengevaluasi bisnisnya.
* Disarikan dari talkshow radio PAS FM menghadirkan pembicara dari SBC action coach